Total Tayangan Halaman

Rabu, 07 Maret 2012

KESALAHAN DALAM PENALARAN

Tugas logika ialah menyiapkan sarana untuk penalaran yang sahih atau tepat. Dalam kenyataannya, baik dalam kehidupan akademis maupun pergaulan sehari-hari, sering sekali terjadi penalaran yang tidak sahih.

Penalaran yang tidak sahih atau tidak tepat dinamakan dengan penalaran yang sesat. Singkatnya kesesatan atau fallacy. Perlu dibedakan antara paralogis dan sofisme. 
Paralogis adalah kesesatan yang tidak disadari (tidak disengaja), dan terjadi karena pembicara kurang menguasai hukum-hukum penalaran atau karena keterbatasan lain. Disini orang mengemukakan penalaran sesat tapi dia tidak menyadarinya. Sebaliknya, orang yang dengan sengaja menggunakan kesesatan untuk tujuan tertentu dinamakan sofis. Seorang sofis memiliki dasar-dasar logika dan argumentasi yang kuat, dan sebab itu bisa menjebak lawan bicara dengan mudah. Jadi, dia dengan sengaja mengemukakan penalaran sesat untuk kepentingannya sendiri.

Macam-macam kesesatan, antara lain:
1. Kesesatan karena bahasa (semantik)
    Kesesatan ini disebabkan oleh ambiguitas arti kata yang digunakan (homonim).

2. Kesesatan karena relevansi
    Kesesatan ini terjadi karena orang menurunkan konklusi yang tidak punya relevansi dengan premis.

Penalaran proporsional telah dikaji oleh oleh beberapa peneliti misalnya Cramer,K. & Post,T. (1993), dan Rahma (2006). Namun kajian-kajian tersebut belum sampai pada masalah "proses terjadinya kesalahan penalaran proporsional". Karena itu dalam penelitian ini akan dikaji proses terjadinya kesalahan dalam penalaran proporsional berdasarkan kerangka kerja asimilasi dan akomodasi.

Ketika seseorang menghadapi suatu masalah, maka akan terjadi proses adaptasi yang melibatkan proses asimilasi dan akomodasi. Menurut Piaget asimilasi merupakan proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang sudah terbentuk. Akomodasi merupakan proses pengintegrasian stimulus baru melalui pengubahan skema lama atau pembentukan skema baru untuk menyesuaikan dengan stimulus yang diterima.

Penelitian ini dilakukan pada siswa MTs Surya Buana Kota Malang yang sudah mendapatkan materi perbandingan (proporsi). Pengambilan data dilakukan dengan metode Think-Out-Loud (TOL) atau sering disebut Think Aloud. Dalam metode TOL, siswa diminta untuk mengungkapkan secara keras apa yang sedang dipikirkan. Data yang diperoleh dikodekan dan dijadikan dasar untuk mengkaji terjadinya kesalahan, ketika mengerjakan masalah proporsi.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa proses terjadinya kesalahan dalam penalaran siswa MTs Surya Buana Kota Malang memiliki karakteristik, yaitu: 
(1) kekeliruan proses asimilasi yang terjadi pada subjek (S1),  dan 
(2) ketidakcukupan struktur berpikir dalam proses asimilasi terjadi pada subjek kelompok sedang (S3 dan S4). Sedangkan untuk subjek (S2, S5 dan S6) memiliki konstruksi penalaran yang lengkap.

Penelitian ini masih terbatas pada proses terjadinya kesalahan dalam penalaran proporsional (khususnya perbandingan senilai), karena itu masih sangat terbuka penelitian lanjutan terutama berkaitan dengan: 
(1) bagaimana proses penalaran siswa, ketika memahami perbandingan berbalik nilai, dan 
(2) desain pembelajaran yang dapat mengurangi terjadinyakesalahan penalaran dalam menyelesaikan masalah matematika.

Syarat-Syarat Kebenaran dalam Penalaran:
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
  • Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
  • Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

Penalaran (reasoning) merupakan bentuk pemikiran yang paling rumit. Bentuk pemikiran lainnya ialah pengertian (konsep) dan pernyataan (proporsi). Kemampuan untuk penalaran sahih dapat dengan mempelajari hokum-hukum logika. Hal ini penting guna menghindarkan diri dari kemungkinan melakukan kesesatan-kesesatan penalaran.

Referensi: 

1 komentar: